Khawatir dan Sedih (Selayaknya) Bukan Milik Mereka yang Bersedekah (Al-Baqarah: 261)
Table of Contents
Memasuki bulan Muharrom ini, banyak dari saudara kita yang bersedekah, memberi santunan kepada anak yatim, kalau di desa saya ada yang membagi-bagikan bubur (atau makanan khas lain) ke tetangga (dalam rangka Suronan), dan bentuk sedekah lainnya. Melihat ini, saya teringat dengan Dawuh Gusti Allah yang berkenaan dengan infak/sedekah. Lalu terbukalah Tafsir Al-Mishbah surat Al-Baqoroh ayat 261, yakni ayat yang menganalogikan sedekah ibarat benih yang ditanam lalu membuahkan hasil yang berlipat-lipat.
Namun ternyata, yang kemudian membuat saya tertarik bukan ayat ini, tetapi ayat setelahnya. Yakni ayat yang menjelaskaan tentang fadhilah bagi orang yang bersedekah, yang kemudian tidak menyebut-nyebut pemberiannya itu, juga tidak menyakiti (orang lain). Seperti yang dijelaskan oleh Prof. KH. Quraish Shihab berikut ini.
~
Tidak jarang seseorang yang bersedekah atau yang akan bersedekah mendapat bisikan, baik dari dalam dirinya atau dari orang lain, yang menganjurkannya untuk tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak memberi, dengan alasan untuk memperoleh rasa aman dalam bidang materi menyangkut masa depan diri atau keluarganya. Salah satu aspek dari makna Tidak ada kekhawatiran atas mereka, adalah dari sisi ini, sehingga yang menafkahkan hartanya secara tulus tidak akan merasa takut kekurangan materi di masa depan, dan tidak pula mereka bersedih hati akibat pemberian yang diberikannya, yang mungkin terbetik di dalam benaknya bahwa itu banyak atau bukan pada tempatnya.
Kata tidak ada kekhawatiran atau keresahan menyangkut masa depan, dapat juga mencakup janji anugerah rezeki yang berbentuk pasif. Mutawalli asy-Sya'rawi mengemukakan, bahwa rezeki terbagi menjadi dalam dua bentuk. Pertama, dalam bentuk perolehan sesuatu yang jelas, misalnya uang dan harta benda; dan kedua, rezeki dalam bentuk pasif, yakni keterhindaran dari hal-hal yang meresahkan sehingga ia tidak perlu mengeluarkan biaya seandainya ia terhindar.
~
Secara sederhana, orang yang (tulus) bersedekah selayaknya dikaruniai hati yang tenang karena meyakini bahwa rezeki makhluk, Allah lah yang menjamin (seperti nasihat Mbah Anwar Zahid: Percayakan pada Allah). Bahkan, seperti perkataan Mutawalli asy-Sya'rawi, bisa jadi rasa tenang -itu sendiri- merupakan rezeki yang pasif, karena dengannya, orang akan terhindar dari keresahan atau kekhawatiran yang dapat merugikannya. Jadi, tidak ada alasan untuk bersedih bagi mereka, karena mengeluarkan sedekah bukanlah kehilangan, tetapi sebaliknya, merupakan tambahan (rahmat dari Tuhan) yang bisa jadi berlipat-lipat.
Wallahu a'lam.
Post a Comment