Rahasia Dibalik Perintah Melakukan Ibadah (Al-Fatihah: 5)
Table of Contents
Dalam Kitab Tafsirnya, Prof. Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan tentang esensi ibadah bagi hamba kepada Tuhannya.
~
Thahir Ibn ‘Asyur menulis apa yang dinamainya Sirr Masyru’iyyat al-‘Ibadah (rahasia dibalik perintah melakukan ibadah).
Menurutnya, Allah swt menciptakan alam ini agar menjadi sarana penampakan kesempurnaan sifat-sifat-Nya; sifat wujud, ilmu dan qudrat-Nya. Dia menjadikan penerimaan manusia atas kesempurnaan melalui tolok ukur kadar pengetahuan mereka tentang ilmu dan qudrat Allah swt.
Yang Maha Kuasa itu menganugerahkan kepada manusia naluri yang menjadikan mereka tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dari tingkat-tingkat kesempurnaan dan ma’rifat. Allah juga membimbing mereka menuju kepada apa yang dapat digunakannya mencapai tujuannya itu agar mereka dapat meraih ketinggian derajat di hari kemudian melalui ketinggian derajat di dunia ini.
Selanjutnya Allah swt
menjadikan potensi mereka untuk meraih segala macam kebajikan duniawi dan
ukhrawi bergantung pada pengajaran utusan-utusan-Nya yang diberi-Nya wahyu
tentang prinsip-prinsip kebajikan. Nah, karena penerimaan pengajaran tersebut
berkaitan erat dengan pengawasan diri terhadap gejolak nafsu manusia yang
selalu mengajak kepada kedurhakaan, sedang pengawasan diri itu membutuhkan
kesadaran tentang Dia (Allah) yang dapat menganugerahkan kebajikan dan sanksi.
Dari sini, maka ibadah disyariatkan agar manusia selalu ingat kepada-Nya,
karena ketersembunyian Dzat-Nya akibat jalal (keagungan, keindahan dan
kebesaran yang disandang-Nya) dapat menjadikan manusia lupa bila tidak
diingatkan melalui ibadah kepada-Nya. Demikian Thahir Ibn ‘Asyur.
Anda jangan duga dari
penjelasan di atas bahwa Allah yang membutuhkan ibadah manusia. Tidak. Ibadah
merupakan kebutuhan manusia lebih daripada satu kewajiban.
Perlu diingat bahwa
ibadah atau pengabdian yang dimaksud dalam ayat kelima ini tidak terbatas pada
hal-hal yang diungkapkan oleh ahli hukum Islam (fiqh) yakni shalat, puasa,
zakat dan haji, tetapi mencakup segala macam aktivitas manusia, baik pasif
maupun aktif, sepanjang tujuan dari setiap gerak dan langkah itu adalah Allah,
sebagaimana tercermin dalam pernyataan yang diajarkan Allah: “Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (kesemuanya), demi karena Allah Pemelihara
seluruh alam.” (QS. Al-An’am [6]: 162).
Wa Allah a'lam
Wa Allah a'lam
Post a Comment