Bergembira Sebab Karunia dan Rahmat Allah (Yunus: 58)
Table of Contents
Gembira atau bahagia adalah sebuah keniscayaan hidup yang kita damba-dambakan. Ia ada kalanya menjadikan kita menjadi ingat dan lebih dekat pada-Nya, tetapi juga tak jarang justru menjadikan kita terlena akibat gemerlapnya (dunia).
Nah, pada surah Yunus ayat 58 ini terdapat penjelasan tentang beberapa sebab yang sepatutnya menjadikan kita bergembira (dan menjadi lebih dekat dengan-Nya). Berikut kutipan Tafsir Al-Mishbah terkait ayat tersebut.
***
﴿قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ﴾
[يونس ٥٨]
Katakanalah, “Dengan karunia Allah dan dengan rahmat-Nya. Maka disebabkan itu hendaklah mereka bergembira. Ia lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”
Bagian Pertama: Makna Karunia dan Rahmat Allah
Katakanlah wahai Muhammad, kepada seluruh manusia, “Hendaklah mereka bergembira dengan karunia Allah yakni al-Qur’an dan dengan rahmat-Nya yakni tuntunan Islam.
Penyebutan kata dengan -masing-masing pada kata (بفضل الله) bifadhli Allah/dengan karunia Allah dan (برحمته) birahmatih/dengan rahmat-Nya- untuk mengisyaratkan bahwa masing-masing hendaknya disambut dengan kegembiraan tersendiri, baik karunia maupun rahmat-Nya.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang makna kedua kata itu. Ada yang memahami keduanya dalam arti al-Qur’an. Tetapi pendapat ini tidak didukung oleh pengulangan kata ‘dengan’ seperti dikemukakan di atas.
Ada juga yang memahami karunia dalam arti surga dan rahmat dalam arti keterbebasan dari neraka. Bisa juga kata fadhl/karunia dipahami dalam arti anugerah-Nya yang bersifat umum yang diraih oleh seluruh makhluk-Nya, sedang rahmat adalah aneka anugerah-Nya kepada kaum mukminin.
Bagian Kedua: Bergembira Disebabkan Oleh Apa (?)
Nah, kalau mereka bergembira tentang sesuatu, maka hendaknya disebabkan oleh karunia yang kedudukannya sangat tinggi itu (saja), hendaknya mereka bergembira. Ia yakni karunia Allah swt dan rahmat-Nya itu lebih baik daripada apa yang mereka, yakni kaum musyrikin itu terus-menerus kumpulkan dari gemerlapan duniawi dan kenikmatannya.”
Tujuan kalimat kedua ini adalah untuk memberi pembatasan pada kegembiraan yang dipahami dari didahulukannya kata disebabkan itu.
Dengan demikian, seperti tulis al-Biqa’i, kegembiraan hendaknya terbatas dan hanya disebabkan oleh perolehan karunia dan rahmat Allah swt, yang dalam hal ini adalah al-Qur’an dan ajaran Islam, bukan disebabkan oleh perolehan gemerlapan duniawi yang segera punah.
Karena penutup ayat ini menegaskan bahwa karunia dan rahmat itu lebih baik daripada segala selainnya yang dapat dan terus-menerus kaum musyrikin kumpulkan.
Kisah Sayyidina Umar ra
Diriwayatkan bahwa ketika harta benda yang amat banyak tiba di Madinah dari Irak pada masa pemerintahan Umar Ibn al-Khattab ra, seorang yang bersama Sayyidina Umar ra berkata, “Demi Allah, ini adalah karunia dam rahmat Allah.”
Sayyidina Umar berkomentar, “Anda berbohong/keliru. Bukan ini yang dimaksud Allah “Dengan karunia Allah dan dengan rahmat-Nya. Maka disebabkan itu hendaklah mereka bergembira. Ia lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” Demikian diriwayatkan oleh Ibn Katsir.
***
Pada akhirnya, kita mungkin dapat menyimpulkan, bahwa kita hendaknya bergembira atas fadhal dan rahmat Allah swt. Bisa saja berupa nikmat Islam, Iman, nikmat kemampuan membaca dan memahami al-Qur’an serta ajaran-ajaran keislaman yang diajarkan oleh guru-guru kita sekalian.
Perwujudan bahagia dapat berupa syukur, yakni memanfaatkan nikmat dan karunia Allah di jalan kebaikan, serta meminimalisir (jika belum bisa total meninggalkan) segala bentuk kesalahan dalam menggunakan anugerah Tuhan.
Wa Allah a’lam.
Post a Comment