Membiasakan Diri Untuk Tidak Menggunjing Sesama (Tafsir Al-Hujurat: 12)
Table of Contents
Hubungan manusia dengan manusia (hablun minannas) mendapat perhatian penting dalam Al-Qur’an, utamanya surah al-Hujurat ayat 12. Selain dilarangnya berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain (pada Melatih Diri Menjauhi Dugaan dan Mencari-Cari Kesalahan Sesama), orang yang beriman juga tidak diperkenankan saling menggunjing (ghibah), yang saat ini mungkin dapat kita temui di beberapa forum ataupun media sosial.
Berikut kutipan Tafsir Al-Mishbah mengenai pelarangan ghibah (menggunjing) orang lain.
***
﴿ÛŒَÙ€ٰۤØ£َÛŒُّÙ‡َا ٱلَّØ°ِینَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ٱجۡتَÙ†ِبُوا۟ ÙƒَØ«ِیرࣰا Ù…ِّÙ†َ ٱلظَّÙ†ِّ Ø¥ِÙ†َّ بَعۡضَ ٱلظَّÙ†ِّ Ø¥ِØ«ۡÙ…ࣱۖ ÙˆَÙ„َا تَجَسَّسُوا۟ ÙˆَÙ„َا ÛŒَغۡتَب بَّعۡضُÙƒُÙ… بَعۡضًا﴾ [الØجرات ١٢]
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari dugaan, sesungguhnya sebagian dugaan adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain serta jangan sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain ”
Makna Lafadz
Kata (يغتب) yaghtab terambil dari kata (غيبة) ghibah yang berasal dari kata (غيب) ghaib yakni tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang tidak hadir di hadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan.
Dampak Negatif Ghibah
Dalam komentarnya tentang ghibah/menggunjing, Thabathaba’i menulis bahwa ghibah merupakan perusakan bagian dari masyarakat, satu demi satu sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujudnya satu masyarakat menjadi gagal dan berantakan.
Yang diharapkan dari wujudnya masyarakat adalah hubungan harmonis antar anggota-anggotanya, di mana setiap orang dapat bergaul dengan penuh rasa aman dan damai. Masing-masing mengenal anggota masyarakat lainnya sebagai seorang manusia yang disenangi, tidak dibenci atau dihindari.
Adapun bila ia dikenal dengan sifat yang mengundang kebencian atau memperkenalkan aibnya, maka akan terputus hubungan dengannya sebesar kebencian dan aib itu.
Inilah yang pada gilirannya dapat melemahkan hubungan kemasyarakatan sehingga gunjingan tersebut bagaikan rayap yang menggerogoti anggota badan yang digunjing, sedikit demi sedikit hingga berakhir dengan kematian.
...gunjingan tersebut bagaikan rayap yang menggerogoti anggota badan yang digunjing, sedikit demi sedikit hingga berakhir dengan kematian.
Agar Dapat Menjauhi Ghibah
Lebih lanjut Thabathaba’i menulis, bahwa tujuan manusia dalam usahanya membentuk masyarakat adalah agar masing-masing dapat hidup di dalamnya dengan satu identitas yang baik, sehingga dia dapat - dalam interaksi sosialnya - menarik dan memberi manfaat.
Menggunjingnya mengantar yang bersangkutan kehilangan identitas itu bahkan merusak identitasnya serta menjadikan salah seorang dari anggota masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Dan jika pergunjingan itu meluas, maka pada akhirnya beralihlah kebaikan menjadi keburukan, sirnalah ketenangan, keamanan, dan kedamaian, bahkan obat pada akhirnya menjadi penyakit.
Demikian antara lain Thabathaba’i.
***
Hemat penulis, apabila antar sesama menyadari tentang pentingnya arti kebersamaan, mengutamakan persatuan, serta tidak saling mengunggulkan ego masing-masing, maka ghibah sedikit banyak dapat dihindari.
Karena meninggalkan ghibah sama dengan menghormati orang lain, memanusiakan manusia, menjadikan orang lain sebagai orang terhormat.
Wa Allah a’lam.
Post a Comment