Iman dan Zikir; Hati Menjadi Tenang Karenanya (Tafsir Ar-Ra'd:28)
Table of Contents
Bagi kaum beriman, tenangnya hati seharusnya bukan disebabkan oleh berlimpahnya harta, atau tingginya jabatan. Tenangnya hati selayaknya disebabkan oleh aktifnya berzikir (mengingat/menyebut) asma-asma dan keagungan Allah swt.
Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah surah ar-Ra’d ayat 28 berikut.
***
﴿ٱلَّØ°ِینَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ÙˆَتَØ·ۡÙ…َÙ‰ِٕÙ†ُّ Ù‚ُÙ„ُوبُÙ‡ُÙ… بِØ°ِÙƒۡرِ ٱللَّÙ‡ِۗ Ø£َÙ„َا بِØ°ِÙƒۡرِ ٱللَّÙ‡ِ تَØ·ۡÙ…َÙ‰ِٕÙ†ُّ ٱلۡÙ‚ُÙ„ُوبُ﴾
[الرعد ٢٨]
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram disebabkan karena dzikrullah. Sungguh, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.”
Bahwa zikir mengantar kepada ketentraman jiwa apabila zikir itu dimaksudkan untuk mendorong hati menuju kesadaran tentang kebesaran dan kekuasaan Allah swt, bukan sekadar ucapan dengan lidah.
Ketentraman, Berawal dari Iman
Thabathaba’i menggarisbawahi bahwa kata (تطمئن) tathma’innu / menjadi tentram adalah penjelasan tentang kata (آمنوا) amanu / beriman.
Iman, tentu saja bukan sekedar pengetahuan tentang objek iman. Karena pengetahuan tentang sesuatu, belum mengantar kepada keyakinan dan ketentraman hati. Pengetahuan tidak menciptakan iman. Bahkan bisa saja pengetahuan itu melahirkan kecemasan atau bahkan pengingkaran dari yang bersangkutan.
Karena itu, yang dibutuhkan adalah pengetahuan yang dapat melahirkan iman. Yaitu pengetahuan yang disertai dengan kesadaran akan kebesaran Allah, serta kelemahan dan kebutuhan makhluk kepada-Nya.
Ketika pengetahuan dan kesadaran itu bergabung dalam jiwa seseorang, maka ketika itu lahir ketenangan dan ketentraman.
Lalu Zikir Melalui Lisan
Ketika seseorang menyadari bahwa Allah adalah Penguasa tunggal dan Pengatur alam raya dan Yang dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu, maka menyebut-nyebut nama-Nya, mengingat kekuasaan-Nya, serta sifat-sifat-Nya yang agung, pasti akan melahirkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwanya.
Barulah Hati Yang Merasakan
Kata (تطمئن) tathma’innu menggunakan bentuk kata kerja masa kini. Penggunaannya di sini bukan bertujuan menggambarkan terjadinya ketentraman itu pada masa tertentu, tetapi yang dimaksud adalah kesinambungan dan kemantapannya.
Kehidupan betapapun mewahnya tidak akan baik jika tidak disertai ketentraman hati. Sedang ketentraman hati baru dapat dirasakan bila hati yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan.
***
Semoga dengan lantaran surah ar-Ra’d ayat 28 ini, kita dapat berproses menjadi insan beriman yang senantiasa memperbanyak zikir dimana saja kita berada.
Wa Allah a’lam
Post a Comment