Kamu Bagiku Seperti Seorang Anak (Bapak Jalal Suyuthi)
Table of Contents
Dibaca normal 3 menit
Sebagaimana adat kaum muslim di Indonesia, momen lebaran kebanyakan kita jadikan sebagai kesempatan untuk berkunjung ke kerabat-kerabat kita. Bisa ke sanak saudara, teman, dan guru sebagai bentuk amalan silaturahmi yang baik dan sangat dianjurkan agama.
Alhamdulillah, lebaran tahun ini penulis berkesempatan berkunjung ke almamater penulis sewaktu mengenyam pendidikan di Jogja, yakni Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Bapak Pengasuh KH. Jalal Suyuthi merupakan kyai serta guru yang sangat berjasa menginspirasi penulis dalam menimba ilmu di pesantren dulu (hingga kini).
Silaturahmi Murid Kepada Gurunya: Anak Kepada Orang Tuanya
Sebuah dawuh yang sangat penulis ingat bahwa...
Beliau selain sebagai kyai, guru, pengasuh, juga menjadi ‘bapak’ dari penulis serta para santri yang dianggap beliau sebagai ‘anaknya’.
أنت علي كالابن
"Kamu bagiku adalah seperti seorang anak”
Bagi penulis pribadi, dawuh itu menjadi gambaran bagaimana beliau menempatkan diri sedekat mungkin kepada para santrinya, selayaknya dekatnya orang tua (bapak-ibu) kepada anak-anaknya.
Karena ketika seorang santri dekat dengan kiainya, murid dekat dengan gurunya, anak dekat dengan bapak-ibunya, maka yang timbul adalah perasaan cinta. Sehingga kehendak apa saja yang muncul di antara keduanya akan menjadi sebuah keridhoan dan kerelaan.
Karena seorang anak yang cinta kepada bapak-ibunya, maka tidak akan ada perasaan terpaksa ketika melaksanakan nasihatnya, bahkan tidak akan tumbuh perasaan benci ketika menerima teguran dari bapak-ibunya.
Maka ketika penulis dan teman-teman alumni sedang sowan ke beliau, yang ada di perasaan beliau hanyalah perasaan senang dan bahagia, bisa dekat kembali dengan anak-anaknya. Sehingga kadang merasa tak rela untuk melepas kami ketika kami hendak berpamitan pulang.
Kedekatan akan membangun kepercayaan, yang insyaallah juga akan membukakan pintu hati sehingga ilmu dan hikmah menjadi mudah diterima oleh seorang santri, murid, atau anak yang tulus mengabdikan diri kepada kyai, guru, atau bapak-ibunya.
Wa Allah a’lam.