Menerima Jamuan Makan Ketika Sedang Berpuasa Sunnah (Ngaji Fiqh)
Table of Contents
Dibaca normal 3 menit
Sebagian dari teman-teman pastinya ada yang
rutin berpuasa sunnah. Baik Senin-Kamis, Ayyam al-Bidh, Tasu’a-Asyura,
Tarwiyah-Arafah, puasa Asyhur al-Hurum, dan sebagainya.
Lalu teman-teman apakah pernah
mengalami, ketika sedang puasa sunnah, tetapi diajak, ditawari, atau dihadapkan
pada hidangan makan siang?
Orang Yang Berpuasa Sunnah Boleh
Memilih
Dalam Fath al-Mu’in Fasal Puasa Sunnah,
Syaikh Zainuddin al-Malibari menjelaskan bahwa orang yang berpuasa sunnah boleh
memotong di tengah jalan (tidak diteruskan sampai akhir) apabila ia terhalangi/menemui suatu masalah sehingga membatalkan.
Lebih detilnya, dalam I’anah
ath-Thalibin dikatakan bahwa memotong (berhenti/membatalkan puasa sunnah) di tengah
jalan akan memiliki dua dampak hukum.
Dampak Hukum Membatalkan Puasa Sunnah
Apabila seseorang yang berpuasa sunnah berhenti di tengah jalan tanpa adanya udzur, maka ia dikenai hukum makruh. Namun
apabila berhentinya karena suatu udzur, maka tidak dihukumi makruh.
Sayyid Abu Bakr Syatho ad-Dimyathi menjelaskan
terkait salah satu udzur yang menjadikan seseorang boleh membatalkan puasanya. Di
antaranya adalah, ketika seseorang sedang bertamu, sehingga ia menerima jamuan/hidangan
dari tuan rumah. Beratnya rasa menolak pemberian jamuan itu menjadikannya boleh
membatalkan puasa sunnahnya.
Lalu, bagaimana dengan pahala
puasanya?
Lebih lanjut, mushonnif kitab I'anah ath-Thalibin ini menerangkan, bahwa apabila dihukumi makruh (membatalkan tanpa udzur), maka
tidak ada pahala puasa baginya (sebelum dibatalkan).
Namun apabila tidak makruh
(membatalkan karena udzur), maka bagi yang berpuasa memperoleh pahala (untuk
puasa yang telah dilakukan).
Di samping itu, seseorang yang
telah membatalkan puasa sunnah (baik karena udzur atau tidak), tidak wajib
untuk meng-qadla’nya, hanya saja disunnahkan.
Ketentuan ini, selain berlaku pada puasa sunnah, juga berlaku pada shalat sunnah.
Wa Allah a’lam.
Referensi:
Fath al-Mu’in Fasal Puasa Sunnah,
hlm. 59—60 terbitan Pustaka Alawiyah Semarang
Teks asli
)من تلبس بصوم تطوع أو صلاته فله قطعهما (أي لخبر الصائم المتطوع أمير نفسه إن
شاء صام وإن شاء أفطر رواه الترمذي ويقاس بالصوم الصلاة ونحوها ولكن يكره القطع ان
لم يكن بعذر وإلا كأن قطعه ليساعد الضيف في الأكل إذا شق عليه امتناع مضيفه منه
فلا كراهة ويترتب على الكراهة عدم الثواب على الماضي و يترتب على عدمها وجود الثواب ويستحب قضاؤه ان قطعه ولا يجب
لأن أم هانئ كانت صائمة صوم تطوع فخيرها النبي صلى الله عليه وسلم بين أن تفطر بلا
قضاء وبين أن تتم صومها رواه أبو داود وقيس بالصوم غيره
Post a Comment