Semua Berawal dari Sebuah Nama
Table of Contents
Dibaca
normal 3 menit
Asma’
(أسماء) atau nama, memiliki arti penting. Ia dapat menentukan status
seseorang di mata kita yang menamainya.
Dalam al-Qur’an, asma’/nama adalah
materi yang diajarkan Allah swt kepada nabi Adam as.
Sehingga sedemikian pentingnya ‘nama’, hanya nabi
Adam as yang langsung diajari oleh Allah swt. Sedangkan malaikat tidak. Sehingga para malaikat pun bertasbih dan mengagungkan Allah
swt.
Kaitan antara Nama dan Status
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), ‘nama’ bisa berarti ‘kata untuk menyebut orang, tempat, barang,
binatang, dan sebagainya’. Nama juga bisa diartikan ‘gelar atau sebutan’.
Adapun ‘status’ adalah ‘keadaan atau kedudukan
(orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya’.
Sebagai contoh, Abdul, seorang sarjana,
berprofesi sebagai guru negeri, sudah beristri dan mempunyai anak, maka dia
akan punya (banyak) ‘nama’ lain selain Abdul.
Bagi dosennya, dia disebut mahasiswa, kemudian
alumni. Bagi muridnya, beliau adalah guru. Juga sebagai suami, bapak, bahkan
pengabdi.
Orang menamainya siapa, maka baginya ia
berstatus apa.
Dosennya menamainya mahasiswa, maka dia berhak
difasilitasi belajar. Seorang guru, maka menjadi teladan sekaligus orang tua
bagi murid di sekolah. Sebagai suami yang berhak dihormati oleh anggota keluarga. Seorang
pengabdi yang bekerja tulus melayani masyarakat.
Lalu apabila timbul (lagi) pertanyaan,
Seberapa Pentingnya Sebuah Nama (?)
Berawal dari orang lain (bahkan diri kita
sendiri) menyebut kita dengan nama siapa, maka status kita seakan menjadi
tampak di hadapan yang menyebutnya.
Sehingga secara tidak langsung, kita akan bersikap
dan bertindak sesuai dengan status kita tersebut (seperti apa yang kita ketahui
tentang status itu).
Maka bagi penulis, ini menjadi (sangat)
penting. Karena betapa tidak, ia (nama) dapat memengaruhi motivasi kita dalam
bertindak.
Kita bisa bandingkan antara orang yang menamai
kita ‘pecundang’ tatkala kita kalah atau ‘yang melakukan kesalahan’ dalam satu
urusan, dengan orang lain yang menyebut kita ‘pejuang’ meski kita kalah atau ‘orang
yang berusaha memperbaiki kesalahan’.
Demikian arti sebuah nama, memengaruhi status
dan tindakan kita yang disebutnya.
***
Maka melalui momentum pembaharuan (tahun) ini,
selayaknya kita bisa berlatih memilih ‘nama’ yang pas dan sesuai, untuk diri
sendiri, juga yang lain.
Tak terkecuali Dia Yang Masyhur dengan 99 Nama
Yang Agung. Seperti halnya Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih) di kala kita
taat dan berlaku baik, atau Al-Ghoffar (Yang Maha Pengampun) saat kita
maksiat dan berlaku buruk.
Wa Allah a'lam.
Wa Allah a'lam.
Terinspirasi dari dawuh KH. A. Baha’uddin
Nursalim (Gus Baha’), Jangan sampai salah nama.
Post a Comment