Hidupnya Bumi, Jiwa, dan Hati
Table of Contents
Air dan Bumi
Tekad dan Jiwa
Begitu pula jiwa. Keberadaannya sebagai kendaraan kita dapat berguna manakala sebuah tekad terbulatkan, niat tertanamkan, maksud dan tujuan tersematkan.
Al-Umūru bimaqāshidiha, bisa menjadi pijakan kita dalam berkendara (bersama jiwa). Bahwa nilai suatu perkara tergantung pada maksud/niat pelakunya.
Maka sepantasnya kita memasang niat, tujuan, dan tekad yang baik di segala tindak-tanduk kebiasaan kita, sehingga akan tetap terpelihara sebuah kehidupan di dalam jiwa.
Hikmah dan Hati
Tatkala hikmah, pembelajaran, serta kebijaksanaan tiada bisa kita pahami, barangkali yang ada hanya keadaan gersang di dalam hati.
Ketika hati menuntut kesempurnaan, maka tak akan dapat ia temukan, kecuali melalui kesadaran akan hikmah pemberian Tuhan.
Karena hati tercipta tak sempurna, maka sepantasnya ia harus mendekati pada Sang Pencipta Yang Sempurna lagi Paripurna.
Setiap kebaikan yang diterima hati, serta ketidakbaikan yang menimpanya sekali-kali, pada hakikatnya dalah kehendak dan kuasa Ilahi.
Pastilah hikmah selalu hadir mengiringi, yang semoga hati juga mudah terbuka untuk bisa menerima dan memahami.
Bahwa semua yang datang dari-Nya adalah yang terbaik bagi jiwa, bagi hati, bagi kita hamba-hamba Ilahi.
***
حَيَاةُ الأَرْضِ بِالدِّيَمِ
وَحَيَاةُ النُّفُوْسِ بِالْهِمَمِ
وَحَيَاةُ الْقُلُوْبِ بِالْحِكَمِ
Bumi menjadi hidup oleh hujan.
Jiwa menjadi hidup oleh tekad.
Hati menjadi hidup oleh hikmah.
وَحَيَاةُ النُّفُوْسِ بِالْهِمَمِ
وَحَيَاةُ الْقُلُوْبِ بِالْحِكَمِ
Bumi menjadi hidup oleh hujan.
Jiwa menjadi hidup oleh tekad.
Hati menjadi hidup oleh hikmah.
(Imam Syafi'i)
***
Wa Allah a'lam
Referensi:
Buku Al-Hikam Imam Syafi'i
Kitab Tarikh Madinat Dimashq via google books
Post a Comment