Memahami Sifat Allah Al-Aziz, Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mulia (9)
Al-Aziz, sebuah nama Allah yang sangat familiar kita dengar. Dalam buku Menyikap Tabir Ilahi, Prof. Dr. M. Quraish Shihab memaknainya dengan Yang Maha Perkasa.
Berikut keterangan ringkas tentang makna asma Allah Al-Aziz.
*
Kata Al-Aziz terambil dari akar kata yang terdiri atas huruf ‘ain dan za yang bermakna kekukuhan, kekuatan, dan kemantapan.
Makna Al-Aziz
Allah adalah Al-Aziz, yakni Yang Maha Mengalahkan siapapun yang melawan-Nya, dan tidak terkalahkan oleh siapapun selain-Nya.
Tiada juga yang sama dengan-Nya. Tiada pula yang dapat membendung kekuatan atau meraih kedudukan-Nya. Dia begitu tinggi, sehingga tidak dapat disentuh oleh sifat buruk maupun hina.
Dari sini kata Aziz biasa diartikan dengan Yang Mulia. Jika kemuliaan adalah milik Allah, maka Allah pula yang menganugerahkannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dalam konteks ini, ditegaskan oleh Allah bahwa kemuliaan itu dianugerahan-Nya kepada Rasul dan orang-orang mukmin (QS. Al-Munafiqun: 8).
Ini berarti, kemuliaan kita sebagai manusia tidak terletak pada kekayaan atau keududukan sosial kita. Akan tetapi, kemuliaan yang sebenarnya terletak pada nilai hubungan kita dengan Allah swt.
Oleh karenanya, bagi kita, manusia, ‘izzat (kemuliaan) itu berbeda dengan keangkuhan. Kemuliaan merupakan cermin pengetahuan kita tentang diri dan kedudukan kita, yang kemudian menjadikan kita mampu menempatkan diri pada tempat yang sewajarnya.
Adapun keangkuhan adalah cermin dari ketidaktahuan kita akan diri dan kedudukan kita, sehingga kita menempatkan diri melebihi dari kedudukan yang sepantasnya.
Oleh karenanya, bagi kita, manusia, ‘izzat (kemuliaan) itu berbeda dengan keangkuhan.
Berakhlak dengan Al-Aziz
Apabila kita dapat menghayati makna Al-Aziz, maka kita akan mampu memelihara diri dan menjaga kehormatan kita, agar tidak mengulurkan tangan untuk mengemis bahkan meminta-minta.
Seseorang yang aziz bersedia tampil di tengah masyarakat dengan peranan penting lagi bermanfaat, memiliki integritas pribadi dan kewibawaan, sehingga menjadikannya disegani dan dihormati. Hal ini lantaran peranan dan kebermanfaatannya untuk orang banyak.
Selain itu, seorang Aziz tidak pula merendahkan diri kepada orang lain untuk memperoleh harta atau kedudukan sosial. Sesuai sabda Nabi saw, bahwa seorang muslim yang baik bukan mereka yang memahami kemuliaan pada harta dan kedudukan.
Maka Allah mengingatkan, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun: 11).
Wa Allah a’lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 59—63.
Post a Comment