Al-Khaliq, Al-Bari', dan Al-Mushawwir Yang Maha Pencipta, Mengadakan, dan Membentuk Rupa (12, 13, 14)
Yang Maha Pencipta, Maha Mengadakan dari Tiada, Maha Membuat Bentuk
Berikut ringkasan penjelasan Habib M. Quraish Shihab terkait tiga nama Allah swt yang memiliki makna seputar penciptaan, yakni Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir dalam karyanya, Menyikap Tabir Ilahi.
Al-Khaliq, Al-Bari', dan Al-Mushawwir adalah tiga sifat Allah yang didiuga oleh sebagian ulama memiliki makna yang sama.
Memang ketiganya memiliki kesamaan, tetapi tidak sepenuhnya sama. Ketiganya berkaitan dengan ciptaan, tetapi masing-masing mengandung makna tersendiri, berbeda antara satu dengan yang lain.
Makna Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir
Al-Khaliq dalam konteks ketiga Asmaul Husna ini, dipahami memiliki arti “mengukur”, sehingga ia dapat dimaksudkan dalam hal awal proses penciptaan.
Al-Bari’ dapat berarti “memisahkan sesuatu dari sesuatu”. Sehingga apabila satu ciptaan dipisahkan sebagian dari sebagian yang lain, maka pelakunya dinamai bari’.
Adapun Al-Mushawwir, ia terambil dari makna “memberi rupa, cara, dan substansi bagi sesuatu,” sehingga menjadi beda dengan yang lainnya.
Dengan demikian, Allah adalah Khaliq karena Dia yang mengukur kadar ciptaan-Nya. Dia Bari’ karena menciptakan dan mengadakan dari ketiadaan. Dan Mushawwir karena Dia yang memberinya bentuk dan rupa, cara, dan substansi bagi ciptaan-Nya.
Imam Ghazali tentang Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir
Dengan sangat indah Imam Ghazali menjelaskan ketiga nama ini melalui satu ilustrasi.
Bahwa seperti halnya bangunan, ia membutuhkan seorang yang mengukur apa dan berapa banyak kayu, bata, luas tanah, dan jumlah bangunan yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh seorang insinyur yang kemudian membuat gambar dari bangunan itu.
Setelah itu, buruh-buruh bangunan yang mengerjakannya, sehingga tercipta bangunan yang telah diukur tersebut.
Selanjutnya masih dibutuhkan lagi orang-orang yang memperhalus dan memperindah bangunan itu, yang ditangani oleh orang lain yang bukan buruh kasar bangunan.
Inilah yang biasa terjadi dalam membangun satu bangunan. Allah swt dalam mencipta sesuatu, melakukan ketiganya sekaligus. Karena itulah, Dia Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir.
Berakhlak dengan Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir
Apabila kita mampu meneladani Allah dalam sifat-Nya sebagai Al-Khaliq dan Al-Bari’, maka kita akan dituntut untuk mampu menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat.
Penciptaan itu pun memerlukan pengetahuan dan kemampuan. Sehingga di samping tekad dan usaha, kita juga harus membekali diri dengan pengetahuan yang sesuai, agar kreasi dan ciptaan kita melahirkan kesejahteraan lahir dan batin, bagi makhluk Allah swt.
Wa Allah a’lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 74—80.
Post a Comment