Hidayah, Implementasi Ilmu (Gus Wahab)
Namun apabila esok hari hingga matahari sudah tampak, tetapi kita tidak bangun atau bangun tanpa disertai melaksanakan shalat, ini artinya kita belum memperoleh hidayah. Ilmu yang kita punya pun tak lebih hanya sebatas pengetahuan belaka.
Di kampung sebelah, sekelompok pemuda suka nongkrong sembari menikmati hangantnya miras, gelas oplosan, juga botol cap bintang wa akhawatuha. Namun ketika ditanya hukumnya apa, mereka tahu jawabannya. Ini berarti, mereka belum mendapatkan hidayah, sedangkan ilmu yang mereka punya pun tak lebih hanya sebatas pengetahuan saja.
“Hidayah adalah implementasi ilmu. Barang siapa mempunyai ilmu tetapi tidak memperoleh hidayah, maka ilmunya tak lebih hanyalah sebatas pengetahuan belaka.”
Demikian kurang lebih yang disampaikan Kiai Muda, Abdul Wahab Salim (Gus Wahab) pada majlis silaturrahim bersama penyuluh pertanian di Kebun Tanasa, 27 Januari 2021.
*
Hidayah adalah Implementasi Ilmu
Dua ilustrasi di atas sepertinya cukup untuk menggambarkan, bahwa hidayah sangatlah kita perlukan, sebagai kaum akademisi, kaum berilmu, sebagai bentuk tanggungjawab keilmuan.
Tak peduli seberapa banyaknya ilmu yang kita miliki, tetapi jika tidak kita implementasikan, tidak kita laksanakan, maka seolah-olah kita menjauh dari hidayah yang (hendak) diberikan Tuhan.
Atau dengan kata lain, memperoleh ilmu adalah bagian dari perolehan hidayah. Mengamalkan ilmu berarti menjemput (mendatangkan) hidayah.
Semoga, kita dikaruniai kesadaran untuk selalu belajar dan beramal. Belajar untuk membekali diri dengan keilmuan, beramal untuk menjemput hidayah dan petunjuk dari Tuhan.
Menjadi ahlul ilmi, ahlul huda, dan ahlut tuqa. Menjadi hamba yang bertambah ilmunya, juga bertambah hidayahnya.
Ù…َÙ†ِ ازْدَادَ عِلمًا ÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَزْدَدْ Ù‡ُدىً Ù„َÙ…ْ ÙŠَزْدَدْ Ù…ِÙ†َ اللهِ Ø¥ِÙ„ّا بُعْدًا
"Barangsiapa bertambah ilmu tetapi tidak bertambah hidayah, maka tak akan bertambah apapun kecuali bertambah jauh dari Allah." (Al-Hadits)
Na'udzubillah.
Wa Allah a'lam.
Post a Comment