Melibatkan Ar-Razzaq, Yang Maha Memberi Rezeki, pada Kesibukan Kita saat Memperoleh Rezeki (18)
Ar-Razzaq terambil dari akar kata razaqa atau rizq yang berarti rezeki.
Dalam Al-Qur’an, kata Ar-Razzaq hanya ditemukan sekali, yakni pada QS Az-Zariyat ayat 58, tetapi ada banyak bertebaran ayat-ayat yang menggunakan akar kata ini, yang menunjuk pada Allah swt.
Makna Ar-Razzaq
Ar-Razzaq adalah Allah yang berulang-ulang dan banyak sekali memberi rezeki kepada makhluk-makhluk-Nya.
Menurut Imam Ghazali, Dia Ar-Razzaq adalah Yang menciptakan rezeki dan menciptakan mencari rezeki, serta Dia pula yang mengantarnya kepada kit, dan menciptakan sebab-sebab sehingga kita dapat menikmatinya.
Kita sebagai manusia, dan juga seluruh makhluk lainnya telah dijamin rezekinya oleh Allah. Pada satu sisi kita dituntut untuk bersifat qanaah (puas dengan apa yang telah diperoleh), tetapi di sisi lain kita tetap diharuskan untuk mendahuluinya dengan tiga hal penting.
Di antara tiga hal penting itu ialah: usaha halal yang maksimal, keberhasilan memiliki hasil usaha yang maksimal, dan dengan suka cita menyerahkan apa yang telah dihasilkan karena puas dengan apa yang telah diperoleh sebelumnya sampai maksimal.
Selain itu, jaminan rezeki yang dijanjikan oleh Allah untuk kita para makhluk-Nya bukan berarti memberi kita tanpa usaha.
Kita harus sadar bahwa yang menjamin rezeki adalah Allah. Tak terkecuali kehendak kita, perasaan, dan kecenderungan kita, juga rasa lapar-haus yang menggerakkan naluri kita untuk mempertahankan hidup, juga merupakan bagian dari jaminan rezeki Allah untuk kita makhluk-Nya.
Sehingga dalam perolehan rezeki, selayaknya harus ada keterlibatan kita bersama Allah. Karena Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki, yang menciptakan rezeki berikut sarananya, sedangkan kita sebagai makhluk hanya bisa mencari dan mengolahnya.
Berakhlak dengan Ar-Razzaq
Kita dalam meneladani sifat ini, terlebih dahulu harus menyadari tentang makna hakikat, bahwa sepenuhnya tidak ada Pemberi rezeki kecuali Allah swt.
Wujud meneladani Ar-Razzaq adalah dengan berperan menjadi penyebab sampainya rezeki Allah yang kita terima kepada orang lain, baik dengan ucapan maupun perbuatan kita.
Semakin banyak makhluk yang kita antarkan rezekinya, semakin tinggi pula keteladanan kita kepada Allah dengan sifat Ar-Razzaq-Nya.
Wa Allah a’lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 100—105.
Post a Comment