Rajab dan Sya'ban, Bulan-Bulan Pemantasan untuk Ramadhan
Seorang penebang pohon, pastinya berharap tak banyak ayunan kapak yang ia lakukan, untuk memperoleh kayu-kayu tebangan sesuai yang ia harapkan.
Juga seorang atlet sprinter, mungkin hanya butuh waktu beberapa detik saja untuk menentukan, apakah ia mampu menjadi yang tercepat, di antara lawan-lawannya yang telah lewat.
Bahkan seorang atlet panahan, cukup sepersekian detik yang ia perlukan, untuk melepaskan anak panah supaya tepat pada sasaran, mengatur konsentrasi dan ketenangan.
Ketiganya bisa dibilang seperti babak final, tahap terakhir yang menentukan diri pelakunya untuk meraih kemenangan, yang sejak awal sangat dicita-citakan.
Sebelum Babak Final
Namun pada kenyataannya, babak final takkan ada apabila tidak didahului oleh persiapan, latihan, dan pemantasan yang tak jarang justru lebih berat dan lebih panjang, jika dibandingkan dengan berdiri di ujung gerbang mendekati kemenangan.
Seorang penebang pohon perlu mengasah kapaknya berkali-kali, atlet sprinter butuh berlari cepat setiap hari, dan pemanah ulung bisa menghabiskan banyak anak panah dalam melatih daya konsentrasi.
Sebelum Masa Panen
Begitu pun semestinya kita, seorang hamba Ilahi, sebelum mencapai waktu panen (Ramadhan) nanti, kita perlu menanam benihnya (saat Rajab) lebih dini, menyiram dan memeliharanya (ketika Sya'ban) setiap hari, supaya hasil yang kita peroleh adalah hasil yang (barokah) terbaik menurut Ilahi.
Hingga saat pasca panen (Syawal) tiba, kita benar-benar menjadi petani (hamba) yang beruntung (bertakwa), menjadi lebih (bersyukur) bahagia, bermanfaat (berkontribusi) bagi diri sendiri maupun orang-orang tercinta.
*
رَجَبُ Ø´َÙ‡ْرُ الزَّرْعِ ÙˆَØ´َعْبَانُ Ø´َÙ‡ْرُ السَّÙ‚ْÙŠِ ÙˆَرَÙ…َضَانُ Ø´َÙ‡ْرُ الْØَصَادِ ÙˆَÙƒُÙ„ٌّ ÙŠَØْصُدُ Ù…َا زَرَعَ ÙˆَÙ…َÙ†ْ ضَÙŠَّعَ الزِّرَاعَØ©َ Ù†َدِÙ…َ ÙŠَÙˆْÙ…َ ØَصَادِÙ‡ِ
"Rajab bulan menanam. Sya'ban bulan menyiram. Ramadhan bulan memanen. Setiap orang akan memanen apa yang telah ditanamnya. Barang siapa menyia-nyiakan tanamannya, ia akan kecewa di hari panennya."
(Dzun-Nun al-Mishri, dalam Ghunyah lis Syaikh Abdil Qodir al-Jailani hlm. 158)
*
Menuju Ramadhan 1442 H,
Wa Allah a'lam.
Post a Comment