Kebanyakan Kita Tidak Mengetahui, Allah Maha Melapangkan dan Menyempitkan Rezeki
Perihal rezeki, kadang kita berpikir bahwa ia bisa dengan mudah kita dapatkan setelah kita usahakan.
Untuk memperoleh nilai ujian yang baik misalnya, kita perlu belajar rajin dahulu. Untuk mendapatkan penghasilan tinggi, kita harus bekerja giat dengan strategi tertentu.
Kita berjalan seperti sebuah teori klasik rajin pangkal pandai, atau hemat pangkal kaya. Namun nyatanya, kehidupan lebih kompleks dari sekedar rumus di atas kertas belaka.
Hasilnya tidak mesti sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Kadang berhasil, kadang juga gagal.
Hidup: Menjalani Pemberian Sang Maha Hidup
Maka pada titik terendah saat kita menemui masalah, kita mesti ingat, bahwa bagaimanapun juga, hakikat hidup (termasuk rizki) adalah sebuah pemberian (dari Tuhan), bukan semata-mata akibat dari sebab yang kita lakukan.
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ
Surah Saba' ayat 36 ini seakan mengingatkan, bahwa Allah-lah yang mengatur pemberian, dan segalanya dalam kehidupan.
Bagi-Nya kuasa untuk melapangkan, juga menyempitkan, pada rezeki setiap orang yang Dia kehendaki, entah yang Dia sukai atau yang Dia benci.
Semua itu hak prerogatif-Nya, yang menjadi hujjah dan hikmah bagi kita semua, manakala kita mau menerimanya, bersedia menghadapinya.
أَيْ: يُعْطِي الْمَالَ لِمَنْ يُحِبُّ ومَنْ لَا يُحِبُّ، فَيُفْقِرُ مَنْ يَشَاءُ وَيُغْنِي مَنْ يَشَاءُ، وَلَهُ الْحِكْمَةُ التَّامَّةُ الْبَالِغَةُ، وَالْحُجَّةُ الدَّامِغَةُ الْقَاطِعَةُ
Latihan Berbaik Sangka kepada Yang Memberi
Ibarat kita sebagai anak kecil yang meminta uang saku yang banyak kepada bapak kita, dengan alasan teman-teman lainnya diberikan juga dengan nominal yang sama seperti yang kita minta.
Namun sang bapak memberi lebih sedikit dari apa yang kita harapkan. Bukannya tidak sayang, pelit, atau tidak adil kepada kita. Namun pastinya ada hikmah yang tersembunyi yang belum bisa kita pahami, ada rahasia kebaikan lain yang belum pantas kita mengerti.
إن اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Kiranya satu sabda Nabi di atas dapat menjadi jawaban dari kerisauan hati, bahwa yang sebenarnya dilihat dari kita (oleh Allah) bukanlah bentuk fisik kita, bukan pula banyaknya harta kita.
Namun yang dilihat oleh-Nya adalah perilaku hati (perasaan) kita, dan tindakan (badan) kita. Bagaimana kehendak batin dan tindakan fisik kita menerima pemberian, memaafkan kesalahan, mensyukuri (kebaikan lain) yang ada, sembari tetap berdoa (tawakkal) dan berusaha (ikhtiyar) pada kebaikan yang belum ada.
Tetap Berikan Yang Terbaik di Jalan Kebaikan
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينََ
Apa saja yang kita nafkahkan (berikan di jalan kebenaran), maka Allah akan memberi ganti. Karena sungguh Dia-lah sebaik-baiknya Pemberi.
Termasuk pemberian iman, islam, ihsan, semoga bisa tetap kita berikan (jalani) hingga akhir hayat nanti.
Aamiiin.
Post a Comment