Asmaul Husna Al-Khafidh Yang Maha Merendahkan, Ar-Rafi' Yang Maha Meninggikan (23 & 24)
Al-Khafidh terambil dari kata khafada yang merupakan antonim kata rafa'a. Al-Khafidh bermakna merendahkan, sedangkan Al-Rafi' memiliki arti meninggikan.
Baik perendahan dan peninggian itu menyangkut tempat maupun kedudukan, kehinaan maupun kemuliaan.
Makna Al-Khafidh dan Ar-Rafi'
Imam Ghazali mengemukakan bahwa Al-Khafidh dan Ar-Rafi' adalah Dia yang merendahkan orang-orang kafir dengan kesengsaraan neraka, serta meninggikan orang-orang mukmin dengan kebahagiaan dan surga.
Dia pula yang meninggikan awliya'-Nya dengan kedekatan kepada-Nya serta merendahkan musuh-musuh-Nya dengan kejauhan dari hadirat-Nya.
Dengan asma' ini, Allah merendahkan atau menjatuhkan manusia, menetapkan hukum-hukum yang berkaitan dengan kejatuhan, kebangkitan, dan ketinggian. Sehingga manusia diperintahkan memperhatikan hukum-hukum itu dan berusaha untuk meraih apa yang diinginkannya.
Berakhlak dengan Al-Khafidh dan Ar-Rafi'
Imam Ghazali berpesan, "Seorang hamba yang meneladani Allah dalam sifat ini, hendaknya berusaha untuk selalu meninggikan hak dan kebenaran, merendahkan kebatilan dan keburukan, membela yang benar dan menghardik yang salah.
Dengan demikian ia selalu berpihak kepada hamba-hamba Allah yang memperjuangkan kebenaran dan mengangkat mereka, serta memusuhi musuh-musuh Allah dan merendahkan mereka."
Demikian Al-Ghazali, yang mengakhiri uraiannya tentang kedua sifat ini dengan mengemukakan satu riwayat dhaif dari Abu Nu'aim melalui sahabat Nabi saw Abu Mas'ud bahwa Allah pernah mewahyukan kepada seorang Nabi agar menyampaikan kepada salah seorang yang sangat taat beribadah.
"Zuhudmu/keenggananmu meraih kenikmatan duniawi, engkau gunakan untuk bersegera meraih ketenangan, zikirmu kepada-Ku menjadikan engkau memperoleh kehormatan, maka jika demikian, apa yang engkau lakukan untuk-Ku yang seharusnya mesti engkau lakukan? Apakah engkau telah membantu wali-(orang yang dekat kepada)-Ku dan memusuhi musuhku?
Demikian. Wa Allah a’lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hlm. 126—131.
Post a Comment