Al-Halim, Allah Yang Maha Penyantun, Kuasa Menangguhkan Sanksi Hamba untuk Memperbaiki Diri (33)
Makna Al-Halim
Kata Al-Halim dapat memiliki tiga makna: tidak bergegas, lubang karena kerusakan, serta mimpi.
Dalam Al-Qur'an, sifat Al-Halim merupakan sifat manusia-manusia pilihan Allah, di antaranya adalah nabi Ibrahim dan Ismail as.
Keduanya diuji oleh Allah dengan berbagai ujian yang dapat menimbulkan amarah atau kesedihan, tetapi mereka juga mampu menahan gejolak hati, tidak tergesa-gesa dalam bertindak, bahkan bisa mengambil sikap yang sangat logis, sehingga tidak sedikit pun tanda-tanda kemarahan dan kesedihan nampak di wajah mereka.
Namun betapa pun tinggi dan berulang kalinya toleransi dan kemampuan menahan amarah dari makhluk, tetaplah tidak mampu mencapai sifat Al-Halim milik Allah swt.
Meneladani Sifat Al-Halim
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa Al-Halim yang disandang Allah adalah Dia yang menyaksikan kedurhakaan para pendurhaka, melihat pembangkangan mereka, tetapi kemarahan tidak mengundang-Nya bertindak.
Dia tidak pula tersentuh oleh kemurkaan atau didorong untuk bergegas menjatuhkan sanksi, padahal Dia amat mampu dan kuasa.
Manifestasi dari sifat Ilahi ini, tercermin dari penangguhan siksa terhadap kita yang bergelimang dalam dosa, atau terhadap kita yang tak mau tahu dan melecehkan tuntunan-Nya. Padahal, rezeki-Nya pun tidak diputus dari kita.
Imam Ghazali tidak menjelaskan apa yang dapat kita raih dari sifat Allah Al-Halim ini, juga bagaimana sifat ini kita teladani. Karena sifat ini merupakan salah satu sifat terbaik yang disandang makhluk, dan oleh sebab itu ia tidak perlu dijelaskan.
Apabila hendak meneladani sifat ini, kita perlu mengetahui bahwa Allah Yang Maha Kuasa menangguhkan sanksi pembalasan-Nya demi memberi kesempatan memperbaiki diri, atau memohon ampun, atau hikmah lainnya.
Wa Allah a'lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hal. 161-165.
Post a Comment