Mensucikan Al-'Azhim, Nama Allah Yang Maha Agung (34)
Makna Al-Azhim
Kata al-Azhim terambil dari akar kata yang terdiri atas huruf ain, zha, dan mim yang menunjuk pada arti "Agung dan besarnya sesuatu". Allah Maha Agung Karena mata tidak mampu memandang-Nya dan akal tidak dapat menjangkau hakikat wujud-Nya.
Allah Maha Agung karena Dia adalah yang wajib wujud-Nya, langgeng eksistensi-Nya, untuk selama-lamanya. Dia Yang awal, Dia pula Yang akhir, sedangkan wujud selain-Nya hanya sebuah kemungkinan, bisa wujud atau tidak, atau wujudnya mustahil seperti kemustahilan penggabungan dua hal yang bertolak belakang.
Allah Maha Agung, karena keagungannya melebihi keagungan segala yang agung, bahkan keagungan segala yang agung adalah berkat anugerah-Nya. Dia Maha Agung, karena keagungan-Nya tidak bertepi dan tidak pula dapat diukur.
Meneladani Sifat Al-'Azhim
Imam Ghazali dalam kitab al-Maqashad al Asna fi Syareh al-Asma' al-Husna tidak seperti biasanya, beliau tidak menjelaskan apa yang dapat kita raih atau kita teladani dari sifat ini. Hujjatul Islam itu hanya menyatakan bahwa yang agung dari manusia adalah para nabi dan rasul, serta ulama yang bila dijangkau oleh akal, sesuatu dari sifat mereka, akan penuh dada dengan rasa kagum dan cinta terhadap mereka.
Sebagian ulama mengingatkan bahwa adalah mutlak bagi kita yang hendak mempelajari dan memahami sifat Allah Al-Azhim, untuk mengagungkan-Nya serta mengagungkan tanda-tanda kebesaran Allah, yakni dengan jalan mengindahkan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Salah satu yang dipesankan Allah adalah agar kita mau mensucikan namanya dari segala kekurangan dalam sifat, zat, maupun perbuatan-Nya, serta jangan menamai-Nya kecuali dengan nama-nama yang terbaik.
Kita dituntut agar mengindahkan pesan-pesan tersebut, sambil menyadari bahwa Allah adalah Yang Maha Agung, mutlak keagungan-Nya, dan tiada keagungan yang relatif kecuali bersumber dari Yang Maha Agung itu juga.
Wa Allah a'lam.
Diringkas dan dikutip dari referensi:
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab hal. 166-169.
Post a Comment