Aku Serahkan Urusanku Kepada Allah
Beberapa waktu terakhir, penulis sering berada pada kondisi pasrah. Kaki ingin melangkah tapi dalam hati rasanya susah.
Misalnya diserahi pekerjaan yang sebelumnya belum pernah kita kerjakan, atau berada pada posisi yang mau ndak mau harus kita yang melakukan, atau berada pada kondisi di mana ada permasalahan yang harus kita hadapi dalam waktu dekat di depan mata kita.
Perasaan optimis bahwa "ya, saya bisa" adalah hal positif. Namun rasanya seperti sombong sekali jika hanya mengandalkan pada kemampuan diri sendiri. Toh padahal setiap kejadian, yang (kita katakan) sukses maupun yang (kita anggap) gagal, adalah wujud dari banyak faktor dan sebab yang tak sedikit apabila kita sebutkan.
Maka pada satu dawuh-Nya, kita berpegangan:
"Dan aku serahkan urusanku kepada Allah."
Ibnu Katsir dalam tafsirnya memaknainya dengan: aku bertawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya.
أَيْ: وَأَتَوَكَّلُ عَلَى اللَّهِ وَأَسْتَعِينُهُ
Jika kita hendak percaya diri untuk melangkahkan satu kaki kita, maka terlebih dulu kita perlu memastikan bahwa kita tlah memasrahkan pijakannya kepada Tuhan Sang Pencipta.
Ya Allah, berbuat kebaikan dan kemaslahatan adalah perintah-Mu, dan aku sekarang ini sedang menuju pada hal itu. Maka mohon ridhoilah aku, agar kebaikan yang akan aku lakukan dapat berjalan dengan lancar, Engkau mudahkan, sehingga aku dapat memperoleh nilai kemanfaatan. Amin.
Ibarat seorang hamba yang hendak berbuat apa, maka sepantasnya ia perlu memohon izin pada tuannya supaya ridho didapatkannya.
Tentang pekerjaan, pelajaran, rizki, maupun kesuksesan, bisa jadi merupakan sebuah misteri (bagi kita) di masa depan. Namun bagi Tuhan, ia hanyalah bagaikan sebuah 'kado' yang sedang dipersiapkan untuk kepada kita Ia berikan.
Maka semoga kita, tidak lupa, menyandarkan segala urusan kita, utamanya perihal cita-cita dan harapan, kepada Tuhan Yang Maha Pemilik kasih sayang.
Semoga rahmat dan ridho Tuhan selalu menyertai kita, di mana pun kita berada, bersama bahagia, dengan orang-orang yang kita cinta, yang senantiasa ingin kita bina.
Wa Allah a'lam.
Bacaan:
Tafsir Ibnu Katsir via furqan.co dan ibnukatsironline.com
Post a Comment